Minggu, 19 Juni 2016

Aku Memilih Mengikut Yesus





Setiap hari dalam hidup manusia tentu pasti membuat pilihan dalam hidupnya mulai dari pilihan yang termudah maupun yang tersulit. Ketika kita bangun pagi hari, kita memilih untuk bersibuk dengan kegiatan kita atau memilih untuk duduk diam dahulu mendengar suara Tuhan serta berbicara pada Tuhan, Sesudah itu kita memilih untuk makan apa sarapan pagi, memilih mau makan bubur, atau roti atau mie dan lain sebagainya. Siang hari kita memilih juga untuk makan apa dan dimana , dan banyak pilihan pilihan lainnya.

Ketika cuaca mulai gelap dan waktunya untuk beribadah pada Tuhan, kita memilih untuk mengikuti keinginan daging kita atau memilih untuk beribadah pada Tuhan, dan masih banyak pilihan pilihan lainnya yang diajukan ketika mengikut Yesus.

Tokoh Alkitab seperti Abraham juga memilih untuk ikut kehendak Tuhan yaitu siap mengorbankan anaknya satu satunya untuk diserahkan pada Allah atau sebaliknya menyayangkan anaknya dan tidak mau mengorbankan anaknya.. Ketika Allah meminta Abraham untuk mengorbankan anaknya satu-satunya yaitu Ishak , saya pun memahami tentunya dia menghadapi dilema yang dihadapi Abraham, yaitu di satu sisi dia sangat menyayangi ishak dan tidak rela mengorbankan anaknya yang tunggal satu-satunya untuk dikorbankan di bukit Moria.Namun Abraham memilih untuk tidak egois dia memilih untuk memprioritaskan Tuhan di atas segalanya.

Artikel hari ini berbicara kepada kita dan terutama mengajar saya bagaimana kita harus membuat pilihan dalam memprioritaskan Yesus di atas segalanya atau membuat Yesus menjadi daftar terakhir setelah a, b, c , d dan seterusnya.

Dalam Matius 10:34-39, ketika kita membaca ayat ini , kita menemukan sesuatu yang cukup mengejutkan yaitu dalam ayat 34-36 dimana Yesus mengatakan ” Yesus datang bukan untuk membawa damai tetapi perang..” Ketika kita membaca ayat ini jangan langsung kita tafsirkan sehingga tidak mengerti secara keseluruhannya…Ayat ini hendak menegaskan bahwa ketika hari Tuhan mendatang, ada perpecahan dalam keluarga yaitu anak perempuan melawan ibu mertua, anak lelaki melawan bapanya dan dalam hal ini ada orang / keluarga yang menuntut perhatian yang lebih sehingga mengabaikan Yesus yang harusnya menjadi nomor satu dalam hidupnya…

Selain itu, ketika seseorang suami / istri ingin jadi majelis atau pengurus timbul komentar yang tidak enak ” pelayanan terus, keluarga dilupakan” atau ketika agak lama atau sering dalam persekutuan muncul komentar ” tidur aja di gereja sekalian bawa bantalnya ” atau ketika seseorang yang belum berkeluarga ingin pelayanan full muncul komentar ” pelayanan terus, gereja terus kapan cari teman hidupnya? ” dan masih banyak komentar tajam lainnya sehingga sulit untuk membuat pilihan untuk memprioritaskan Yesus di atas segalanya.

Dalam ayat 37-39 Yesus menyodorkan pemilihan , ada 3 pilihan yang harus dipilih.
a. yesus menyodorkan pemilihan ” siapa yang mengasihi orang tua / keluarga lebih dari segalanya, ia tidak
layak bagiku. Ketika kita membaca ayat ini jangan disalahmengertikan bahwa mengikut Tuhan bukan berarti anak harus melawan orang tua,anak berani membangkang pada orang tua…ayat ini juga tidak berarti mengajarkan kepada seorang anak untuk menjadi seorang yang kurang ajar atau bu hao pada orang tuanya tapi yang Tuhan inginkan kita memilih apakah kita siap memprioritaskan Tuhan di atas segalanya atau tidak? apakah kita siap jika keluarga menentang kita, mengusir kita atau melawan kita ketika kita memilih mengikut Tuhan?

Dalam kesaksian voice of the martyr ada seorang yang berasal dari Arab Saudi yang pekerjaannya seperti Saulus menganiaya orang Kristen, dan mengumpulkan Alkitab untuk dibakar, dan satu kali ia tidak membakar Alkitab dan ia sengaja membawanya pulang dengan tujuan mencari kesalahan Alkitab, justru pada saat dia membaca Alkitab, Allah menampakkan diri kepadanya selama 4 hari dan setelah itu hari 4 dia bertobat dan menjadi pengikut Tuhan. Kemudian ia pulang dan orang tuanya marah besar, bahkan mengusirnya karena mengira dia sudah murtad. Dan menurut peraturan negara, siapa yang murtad ia harus dipenjara dan dihukum gantung. Pada saat dihukum gantung, sipir memerintahkan kepadanya untuk menyangkal Yesus tapi dia tidak mau dan ketika sudah mau dihukum gantung tiba tiba ada surat pembebasan yang menyatakan bahwa dia tidak bersalah.

2. Ayat 38 :” barangsiapa tidak memikul salib dan mengikut Yesus.”
Memikul salib disini bukan berarti pikul kayu salib yang berat tetapi memikul salib disini berarti siap dan rela menderita demi mengikut Yesus. Pikul salib disni juga berarti siap menanggalkan jabatan, karier, kenikmatan demi mengikut Yesus. Dalam kesaksian voice of the martyr ada orang Kristen dalam perkumpulan, ketika membahas Firman Tuhan datang komunis dan menyuruh orang Kristen membuang Alkitab mereka dan meludahinya namun ada satu remaja, dia membungkuk dan kemudian mengelap ludah yang di Alkitab lalu berdoa untuk mereka dan ini jadi doanya yang terakhir setelah itu dia ditembak mati.
Ada lagi kesaksian yaitu papa saya, tadinya dia adalah pengusaha muda, dan sudah lumayan mapan kehidupan ekonominya, tiba tiba dia mendapat panggilan Tuhan dan dia resign dari pekerjaannya..Memang pada saat itu papa ditawari gaji yang cukup tinggi tapi dengan syarat papa tidak keluar dari pekerjaan itu dan oma juga sempat berpendapat ” Kamu mau kasih makan anak dan istrimu apa?” tapi papa tetap bersikeras dan setia melayani Tuhan jadi pendeta di Gereja Kristus Ketapang ( alm pdt di GKK dari tahun 1982) namun kegigihannya melayani Tuhan membuahkan hasil dan semua anak dan istrinya diberkati Tuhan sampai saat ini.

3. ayat 39: ” barangsiapa mempertahankan nyawanya ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” Ini menunjukkn kepada kita bahwa mengikut Tuhan berarti dia siap mempertaruhkan nyawanya sekalipun dan rela mati demi memilih mengikut Yesus dan menjadikan Yesus nomor satu.
Aplikasi:
1. Jadikan Yesus nomor satu dalam hidup kita, prioritaskan Yesus di atas segalanya di atas pekerjaan, hidup  dan keluarga kita.
2. Kasihilah yesus dengan segenap hati dan karena itu kita siap jika terjadi pertengkaran dalam keluarga dengan pilihan dalam mengikut Yesus.
3. Siap dan rela menderita demi mengikut Tuhan, pikul salib, pikul / korbankan jabatan, karier demi mengikut Tuhan.
4. Siap dan rela mempertaruhkan nyawa sekalipun dan Tuhan akan memperhitungkan itu semua .. Amin… Tuhan memberkati pilihan kita yang memprioritaskan yesus di atas segalanya.

sumber : http://artikelkristen.com/aku-memilih-mengikut-yesus.html

Bagaimana Anda Memandang Salib Kristus?


Bagaimana Anda Memandang Salib Kristus?

Saat-saat Paskah seperti ini, biasanya kita sebagai orang Kristen memandang salib sebagai tema utama saat ini. Gereja – gereja mengisi acara ibadah paskah dengan hal-hal yang memberikan fokus pada salib. Acara – acara tersebut yang dikemas dan dipersiapkan dengan baik, sering membawa umat untuk ber”simpati” dan ber”empati” terhadap Salib yang dijalani Tuhan Yesus. Diiringi dengan perasaan sedih, menunjukkan bahwa umat Kristen sedang berduka.
Namun, pernahkah saudara memikirkan, “Apakah hal ini (perasaan sedih dan simpati) cukup untuk menyenangkan Tuhan?
Apakah benar paskah adalah hanya sekedar sebuah peringatan bahwa Tuhan Yesus sudah mati di kayu salib dan kita hanya “setuju” atau “mengamini” bahwa pengorbananNya sudah menebus dosa-dosa kita dan membawa keselamatan bagi kita?
Hal ini tentu tidak salah, memang benar bahwa pengorbananNya adalah benar-benar membawa keselamatan bagi umat manusia.
Namun disamping hal itu, Didalam Salib Kristus ada PESAN yang benar-benar penting dan besar, dan tentunya lebih memberikan implikasi dalam hidup kita, dalam arti yang lain adalah membawa TANTANGAN yang selanjutnya harus kita tindak lanjuti secara nyata.
Bila kita tidak menangkap pesan dan menghayati arti dari salib Kristus ini, maka kuasa salib bagi pribadi kita menjadi sia-sia. Kuasa Salib yang maksudnya adalah maksud dan tujuan dari peristiwa salib itu dilaksanakan.

Pesan penting apakah yang dibawa oleh Salib Kristus?

Salib membawa pesan bahwa gaya hidup kita yang seperti anak-anak dunia harus diakhiri. Salib membawa makna bahwa kita harus mematikan gaya hidup kita yang lama, yang tidak sesuai dengan gaya hidup anak-anak Allah, dan mengenakan gaya hidup baru.
Salib juga membawa tantangan apakah kita sebagai orang-orang Kristen yang mengaku sudah percaya Tuhan Yesus, menjadi sahabat Allah atau seteru Allah?
Banyak orang Kristen yang mengaku percaya merasa bahwa dia sudah diperdamaikan dengan Allah karena sudah “percaya” kejadian atau peristiwa Salib Kristus. Namun sesungguhnya tidak seperti itu.
Tentu kita sudah tahu perkataan Tuhan Yesus didalam Matius 16:24
“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”.
Yang juga tertulis di Markus 8:34 dan Lukas 9:23
Ayat ini sudah sangat terkenal dan tentunya sebagai orang Kristen kita sudah sering mendengarnya. Arti dari kalimat Tuhan Yesus ini pun tidak perlu ditafsirkan macam-macam, karena memang sudah sangat jelas sekali maksudnya. Mari kita perjelas lagi.
SETIAP (semua) orang yang mau MENGIKUT Aku, ia HARUS (tidak bisa tidak) MENYANGKAL DIRInya, MEMIKUL SALIBnya dan mengikut AKU (TUHAN YESUS).
Setiap orang yang tidak mau menyangkal dirinya dan tidak mau memikul salibnya, dia tidak layak mengikut Tuhan Yesus.
Kita bisa lihat disini bahwa Salib Kristus tidak sekejab (seketika) membuat kita diperdamaikan dengan Allah. Memang dengan Salib Tuhan Yesus itu kita mendapat kesempatan untuk diperdamaikan sempurna dengan ALLAH BAPA dengan cara mengikut Tuhan Yesus, dan syarat ikut Tuhan Yesus adalah menyangkal diri dan memikul salib.
jesus and cross
Tidak ada orang Kristen, atau yang mengaku Kristen, bisa tidak menyangkal diri.
Tidak ada orang Kristen, atau yang mengaku Kristen, boleh tidak memikul salib.
Semua orang Kristen, atau yang mengaku Kristen, yang mengikut Tuhan Yesus, HARUS menyangkal diri dan memikul salib.
Kita tidak bisa bersikap netral dalam hal ini. Pilihannya hanya ada dua, menjadi sekutu Allah atau seteru Allah. Menjadi sekutu Salib Kristus atau seteru Salib Kristus. Kita tidak bisa mengabdi kepada dua Tuan.
Roma 6:6
Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
Sebagai sekutu salib, kita harus menyalibkan manusia lama kita. Kita yang dahulu sebagai hamba dosa, sekarang kita jangan lagi menghambakan diri kepada dosa.
Kata DOSA untuk ayat diatas dalam bahasa Yunani aslinya adalah HAMARTIA, yang artinya “meleset”, “tidak tepat”, “to miss the mark”, tidak tepat sasaran.
hamartia tidak tepat sasaran
Saudara bisa melihat referensi bahasa asli ayat tersebut di link ini: Roma 6:6 SABDA
Dan, pengertian Hamartia di sini: Hamartia, SABDA
Arti meleset bagi orang-orang Kristen saat ini bukan hanya meleset karena tidak melakukan hukum Allah, tetapi meleset dalam hal melakukan kehendak Allah.
Seperti dalam kisah orang kaya dalam Matius 19 : 16 – 22, yang mengatakan bahwa dia dengan sempurna melakukan hukum taurat dan Tuhan Yesus tidak membantahnya, karena memang benar orang bisa saja melakukan hukum dengan tepat dan sempurna. Banyak agama-agama yang mempunyai tatanan hukum yang dengan setia dan sempurna ditaati oleh umatnya.
Namun apa selanjutnya ketika Tuhan Yesus mengatakan kepada orang itu, bahwa dia harus menjual seluruh hartanya dan membagikan kepada orang miskin, dan diajak oleh Tuhan untuk mengikuti Dia; orang kaya itu menolak.
Untuk menjadi orang yang taat menuruti hukum dengan sempurna bisa saja dan sangat mungkin dilakukan, tetapi untuk menuruti kehendak Allah, belum tentu orang mau melakukan.
Dulu orang Israel tidak berhubungan dengan ALLAH secara langsung, mereka berurusan dengan ALLAH ELOHIM melalui imam-imam dan hukum taurat. Mereka dengan tekun melakukan hukum taurat dan ada dari mereka yang tepat sekali dan sempurna melakukan hukum taurat.
Tetapi berbahagialah bagi orang Kristen sekarang, dengan melalui kesempurnaan pengorbanan Kristus diatas Salib, kuasa kebangkitanNya dan kenaikanNya kesorga, serta diutusnya Roh Kudus kedalam diri kita, karena ada tertulis bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus, maka kita sebagai orang Kristen bisa berhubungan langsung dengan ALLAH. Kita bisa mengerti kehendakNya melalui Roh Kudus yang ada dalam diri kita.
Namun yang menjadi masalah adalah;
Bagaimana kita bisa melakukan kehendakNYA, jika kita tidak mengerti kehendakNya?
Bagaimana kita bisa mengerti kehendak ALLAH jika kita tidak memiliki kepekaan mendengar suaraNya?
Bagaimana kita bisa memiliki kepekaan, jika kita tidak TEKUN mempelajari Firman Tuhan?
Bagaimana kita bisa tekun mempelajari Firman Tuhan, jika kita masih mencintai dunia ini?
Ini yang dinamakan menyangkal diri, yaitu bahwa kita meninggalkan kecintaan dengan dunia ini. Menyangkal diri dan menyalibkan daging juga bisa berarti hidup dalam ketertundukan kepada Allah dan mengesampingkan segala keinginan kita sendiri (keinginan daging).
Paulus mengatakan dalam suratnya kepada Jemaat Filipi dalam Filipi 3:1-9, bahwa dia tidak bercacat dalam melakukan hukum taurat.
Filipi 3:1 Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan.(3-1b) Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu.
3:2 Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,
3:3 karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.
3:4 Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi:
3:5 disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,
3:6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.
3:7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
3:9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

Menyangkal diri juga adalah kesediaan untuk tidak sama dengan dunia ini.
Roma 12 : 2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Agar tidak serupa dengan dunia ini, harus ada perubahan mindset yang terus menerus dikerjakan oleh pemberitaan kebenaran Firman dalam pikiran, sehingga kita bisa mengetahui kehendak Allah yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
Pembaharuan budi baru terjadi jika hidup lama kita dimatikan dulu.
Memikul salib adalah kesadaran penuh untuk mematikan keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Dalam perjanjian lama, ada ritual persembahan korban bakaran yang dilakukan oleh umat Israel yang mana, daging hewan itu dipotong-potong dan mati, dan kemudian dibakar sampai habis, sehingga asap korban bakaran itu menjadi harum-haruman yang menyenangkan Allah.
Ini bisa menjadi analogi kita untuk menyenangkan Allah, yaitu kita rela mengorbankan “kehidupan daging” kita, mati, dan dibakar habis untuk persembahan yang menyenangkan Allah.
Roma 12:1
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Semoga melalui Paskah ini, kita semakin memahami, menghayati dan menghidupi pesan dan tantangan dari Salib pengorbanan yang sudah Tuhan Yesus lakukan di bukit Kalvari.
Dan kita tetap mengerjakan keselamatan kita dengan merespon Salib yang sudah Tuhan kerjakan
Salib adalah jalan kehidupan ketika kita berani membunuh keinginan diri, menyangkal diri.
Salib adalah alat transaksi untuk kemuliaan yang akan kita dapatkan nanti.



sumber : http://artikelkristen.com/bagaimana-anda-memandang-salib-kristus.html



M Nuh dan Kisah Nabi Nuh, Metafora Kemendikbud Kita


Nabi Nuh adalah salah satu nabi yang memiliki kaum yang amat keras kepala hingga akhirnya banyak yang tenggelam. Beliau hanya mampu menyelamatkan beberapa pengikut saja yang meyakini beliau ke dalam kapalnya. Kisahnya menjadi pedoman berharga bagi manusia generasi berikutnya sampai kini.

Kisah yang hampir sama dengan nabi Nuh di jaman modern kelihatannya akan terjadi pada lokasi yang berbeda, tepatnya di lembaga terhormat menteri pendidikan dan kebudayaan kita. Meski berbeda status dan penempatannya tapi metafora antara keduanya -bolehlah- dibandingkan.

Jika nabi Nuh memiliki wilayah yang dihuni oleh kaum pembangkang, terlalu pintar dan merasa paling hebat maka M Nuh pun tak lebih dari itu, kini ia berada dalam lingkungan Kementrian (kemendikbud) yang berisikan sejumlah pakar-pakar teramat pintar dengan aneka kepentingan.

Lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengurus dan mengembangkan sistim pendidikan nasional sejak 19 Agustus 1945 lalu hingga kini telah mencetak 26 menteri . Sejak Ki Hajar Dewantara (Menteri Pengajaran yang pertama) hingga kepada Mohammad Nuh (sejak 22 Oktober 2009 sampai sekarang). Sejak 19 Okotber 2011, lembaga itu hampir setiap saat menimbulkan tanda tanya, selain itu juga  mengalami perubahan nama demi nama sesuai selera petinggi lembaga tersebut.

Selama kurun waktu bersama 26 menteri yang datang dan pergi silih berganti tersebut tercatat 8 kali perubahan nama  lembaga pendidikan ini dengan catatan sebagai berikut :
    1. Pada 19 Agustus 1945, menteri lembaga ini disebut dengan Menteri Pengajaran, dijabat oleh Ki Hajar Dewantara
    2. Pada 29 Januari 1948, menteri lembaga ini disebut dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dijabat oleh Ali Sostroamidjoyo
    3. Pada 22 Agustus 1955, menteri lemabaga ini berubah menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, dijabat oleh RM. Suwandi.
    4. Pada 24 Maret 1956, menteri lembaga ini berubah lagi menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dijabat oleh Sarino Mangunpranoto.
    5. Pada 10 Juli 1959, menteri lembaga ini berubah lagi menjadi Menteri Muda Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh Prijono.
    6. Belum sempat memasang plang nama lembaga, pada 18 Februari 1960, kementrian ini berubah nama lagi menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga masih dijabat oleh Prijono.
    7. Pada 23 Oktober 1999, kementrian ini berubah menjadi Kementrian Pendidikan Nasional yang dijabat oleh Yahya Muhaimin.
    8. Pada 19 Oktober 2011, kementrian paling ekslusif satu ini berubah lagi menjadi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dijabat oleh Mohammad Nuh.
Apa yang dapat kita petik dari kondisi tersebut di atas? Banyak, tapi mari kita ambil sisi psikologisnya saja sehingga kita dapat membaca ada apa dibalik lembaga pendidikan terhormat kita yang satu ini sehingga hampir selalu membingungkan karena terlalu banyak yang sangat pintar  mirip dengan sebuah wilayah pada jaman nabi Nuh dahulu.
    1. Selama 68 tahun berdirinya lembaga ini telah terjadi pertukaran Menteri sebanyak 26 kali. Artinya rata-rata menjabat satu menteri selama 2,61 tahun atau 31,38 bulan atau 941 hari termasuk hari libur nasional, minggu, cuti dan urusan pribadi. Apa yang dapat dilakukan oleh pejabat sekaliber Ki hajar Dewantara sekalipun jika masa jabatannya hanya seumur jagung? Belum lagi pertukaran posisi dilevel di bawahnya yang penuh dengan intrik-intrik membingungkan..
    2. Dalam 68 tahun berdirinya lembaga ini ada 26 menteri terjadi beberapa kali pergantian menteri sebanyak 3 kali dalam satu tahun yaitu pada masa menteri Wiranto Arismunandar (16 Maret 1998) kepada menteri Juwono Sudarsono (23 Mei 1988) lalu beralih lagi kepada Yahya Muhaimin (23 Oktober 1999). Lembaga seperti apa ini kalau tak mau disebut lembaga acak adul?
    3. Terlalu banyak pergantian nama lembaga, kesannya seperti tidak menghargai jasa dan dedikasi para pendahulu mereka, bahkan mungkin menganggap para pendahulu hanya sekumpulan orang-orang yang menganggur, tidak punya visioner dan program bahkan tidak bermutu. Akibatnya yang terjadi adalah hanya memikirkan pergantian nama lembaga saja dan menistakan fondasi dan program yang telah dirintis oleh para pendahulu di lembaga tersebut.
    4. Terlalu banyak orang pintar atau merasa diri lebih pintar  pada laembaga ini sehingga program satu belum selesai muncul program lainnya dengan aneka silang pendapat yang tak habis-habisnya diantara sesama pejabat teras di lembaga tersebut.
    5. Setelah menteri Wardiman lengser dari lembaga ini pada 16 Maret 1998, kesannya lembaga ini dipenuhi oleh pejabat yang bergantung pada aroma politik teramat kental. Seolah para petualang politik dan mafia jabatan mengetahui persisi lembaga ini adalah sebuah lembaga yang amat menggiurkan bertabur tahta dan permata berlian, uang, harta dan aneka kenikmatan lainnya sehingga dijadikan sebagai kendaraan untuk menghasilkan dana untuk tujuan politik.
    6. Selama kurun waktu 68 tahun berdirinya lemabaga pendidikan ini aneka kebijakan dan terobosan yang namanya program dengan nama dan istilah spektakuler dan bombastis sejagad ini terus mengalir. Program demi progam berganti bagaikan air bah menerjang siapapun yang coba menghadangnya. Dari sejumlah program yang ada memang kita akui ada program yang mencapai sasaran, tapi ironisnya banyak juga tidak mencapai sasaran optimal seperti yang tertuang pada rencana awal pembentukan program.
    7. Sejak era Juwono (1999) lembaga pendidikan kita teramat kentara menjadi kendaraan politik dan menjadi sapi perah untuk kepentingan politik. Cita-cita pendidikan yang tercantum dalam UUD 1945 dan UU sisdiknas hanyalah hafalan di luar kepala, namun di dalam hati ternyata berselimut sejuta proyek bertabur uang dan jabatan.
Lihatlah kini, kita disuguhi lagi informasi pembatalan UN di 11 Provinsi kawasan Timur Indoesia. Meskipun M Nuh hari ini menyatakan UN itu bisa berlangsung, apakah bisa berlangsung secara berkualitas? Biasanya pejabat memberikan pernyataan normatif ketika terdesak, bukan?

Lihat juga betapa semangatnya sebagaian pejabat kementrian ini ketika mengupayakan berlakunya Kurikulum 2013, padahal DPR dan sebagian insan pendidikan lainnya yang mengerti betul soal kurikulum dan pendidikan menolak dan berdemonstrasi menentang kurikulum 2013 karena menilai program itu tak lebih hanya proyek bagi-bagi fulus menjelang pemilu 2014.

Jika kemendikbud tidak peka terhadap kepentingan masayarakat umum (meningkatkan mutu pendidikan tanpa berhaluan politik) kelihatannya pengurus lembaga ini memang harus “ditenggelamkan” alias di pensiunkan dini. Mungkin inilah  perumpamaan metafora kisah nabi Nuh yang dikaitkan dengan M Nuh yang kini mengelola sebuah wilayah (lembaga) yang paling kompleks se jagad ini.

Ada pendapat  positif tentang M Nuh. Sebenarnya beliau baik-baik saja, tapi kepentingan internal di dalamnya sangat kompleks sehingga sulit dikendalikan. Akhirnya secara lambat tapi pasti lembaga ini telah menjelma menjadi  lembaga bagi-bagi proyek mengtas namakan mutu pendidikan..

Semoga tulsian ini memberi inspirasi untuk kementrian pendidikan dan kebudayaan kita termasuk untuk pengurus yang mengelola lembaga terhormat ini. Jangan sampai berdusta dengan segudang program yang mengangkat issue peningkatan mutu tapi sebetulnya yang terjadi adalah menciptakan proyek demi proyek dan  hanya  menjadi sapi perah dan mesin politik belaka.
Salam Kompasiana

http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/19/dari-jaman-nabi-nuh-sampai-m-nuh-metafora-kemendikbud-kita-552376.html
sumber : http://widiyanto.com/m-nuh-dan-kisah-nabi-nuh-metafora-kemendikbud-kita/

Makanlah Kalau Imsak


Ketika saya masih kuliah dulu, teman sekamar kos saya di Yogyakarta yang kini menjadi Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Akhmad Minhaji Moekti, mengambil sikap berbeda dari orang-orang lain dalam hal makan sahur saat berpuasa.

Kalau orang-orang lain segera berhenti makan sahur begitu mendengar sirene atau beduk atau pemberitahuan masuknya waktu Imsak, teman saya ini justru segera memulai makan sahur begitu mendengar seruan imsak.

Begitu ada seruan ”Imsaak, qad aana waktul imsaak” (imsak, kini sudah masuk waktu imsak), Minhaji ini langsung makan sahur dan baru berhenti kalau sudah berkumandang azan subuh.
Kalau sudah melewati separuh bulan Ramadan biasanya sejak pukul 2.30 dini hari Minhaji sudah berada di Masjid Almustaqiem untuk melanjutkan salat malam atau membaca Quran, tapi begitu ada seruan imsak dia segera pulang dulu untuk makan sahur.

Teman-teman pada berteriak, ”Eh, Min, ini sudah imsak, kok, masih makan?” Dia enteng menjawab, ”Mengapa? Kan, belum azan subuh?”

Bagi banyak orang sikap dan jawaban Minhaji ini aneh, sebab biasanya begitu mendengar tanda imsak orang yang berpuasa segera berhenti makan. Banyak orang tua langsung meminta anak-anaknya berhenti makan begitu mendengar tanda imsak, tak peduli makannya baru mulai atau sudah lama. ”Ini sudah imsak, berhenti makan minum, puasa dimulai,” kata mereka.

Sebenarnya dari sudut fikih, apa yang dilakukan Minhaji itulah yang benar. Di dalam ibadah puasa yang dituntunkan oleh Rasulullah tidak dikenal adanya imsak seperti yang kita kenal di Indonesia. Malah ada anjuran untuk mempercepat berbuka begitu berkumandang azan magrib dan memperlambat waktu sahur sampai berkumandang azan subuh. Maksudnya biar orang berpuasa tak terlalu lama menahan lapar dan haus. Baik menurut kitab suci Alquran maupun yang dipraktikkan oleh Rasulullah waktu dimulainya berpuasasetiaphari adalah saat masuk waktu subuh, bukan saat dibunyikan sirene atau dikumandangkan seruan imsak.

Di dalam Alquran Surat Albaqarah ayat 187 difirmankan, ”…. dan makan dan minumlah kamu hingga terang bagimu benang putih dan benang hitam (yang menunjukkan terbitnya) fajar.” Ayat ini sudah menegaskan bahwa kita boleh makan dan minum sampai terbitnya fajar, yakni sampai masuk waktu untuk salat subuh. Terbitnya fajar itu menandai masuknya waktu subuh. Praktik Rasulullah pun dalam melaksanakan ibadah puasa seperti itu.

Di dalam sebuah hadis riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Hakim yang ditashih (dinyatakan sahih) oleh Adzdzahaby disebutkan bahwa Nabi bersabda, ”Jika salah seorang dari kamu mendengar azan sedangkan ia masih memegang piring (sedang makan sahur), maka janganlah ia meletakkan piring itu hingga selesai makan.” Jadi, mendengar azan subuh pun orang yang berpuasa tak harus langsung berhenti makan dan minum, melainkan harus menyelesaikannya dengan tertib dan tenang, tak usah dilakukan terburu-buru seperti dikejarkejar sesuatu yang menakutkan.

Dalam hadis lain yang oleh Syekh Al-Abany dinyatakan sebagai hadis hasan, Ibnu Umar meriwayatkan bahwa pada suatu hari saat sahabat Alqamah ibn Alaatsah makan sahur bersama Rasulullah, datang Bilal yang akan mengumandangkan azan subuh, tetapi Nabi meminta Bilal untuk menunda azan sebentar dengan sabdanya, ”Wahai Bilal, tunggu sebentar azannya, Alqamah sedang makan sahur.”
Nash-nash tersebut menunjukkan bahwa melaksanakan ibadah puasa itu yang wajar-wajar saja. Berbuka puasa, ya, harus disegerakan begitu terdengar azan magrib, tak usah sok kuat menunda berbuka sampai isya. Yang penting kalau tinggal di Jakarta, ya, mengikuti waktu azan Jakarta, bukan mengikuti azan magrib Makassar.

Bersahur pun, ya, dianjurkan agar diakhirkan sampai masuk waktu (azan) subuh, tak usah terlalu takut batal sehingga terburu-buru mengakhiri makan dan minum padahal belum fajar, apalagi mengopyak-opyak anak-anak yang masih enak-enak menikmati makan sahur.
Bagi yang pernah berpuasa Ramadan di Tanah Suci Mekkah dan Madinah, misalnya, pasti tahu bahwa di sana tidak ada titik waktu imsak yang terlepas dari azan subuh. Di Mekkah dan Madinah, waktu imsak dalam arti menahan dan menghentikan makan dan minum, ya, berhimpit dengan saat azan subuh.
Bahkan banyak terlihat di Masjidil haram orang yang segera mulai makan lagi begitu berkumandang azan subuh sebagai makanan terakhir penutup sahur.

Penentuan imsak (mulai menahan) 10 menit sebelum azan subuh tampaknya hanya kreasi kaum muslimin di kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Itu tentu baik saja sebagai informasi bahwa waktu bersahur tersisa 10 menit lagi sehingga orang-orang yang belum selesai makan sahur dapat segera menyesuaikan diri. Tapi jangan dihukumkan bahwa imsak adalah titik waktu harus berhentinya makan dan minum.

Pada saat masuk waktu subuh itulah kita mulai berhenti makan dengan tenang dan mengakhiri dengan menyikat gigi untuk mulai berpuasa. Jadi tenang-tenang saja, tak usah tergopoh-gopoh, apalagi sambil panik berkejaran dengan bunyi beduk, sirene, atau suara azan. Beribadah dalam Islam itu enak kok, tak memberatkan kita. Islam itu memberi ruang luas bagi kita untuk hidup dan beribadah dengan enak, tetapi bukan seenaknya.

sumber : http://widiyanto.com/makanlah-kalau-imsak/

Sisi Edukasi Puasa



Takwa yang menjadi tujuan ibadah puasa sejatinya adalah konsep perilaku moral yang dalam konteks pendidikan umum merupakan hal rumit. Socrates (Kneller, 1971: 223) pernah mengatakan bahwa perilaku moral dapat diajarkan jika dan hanya jika dimaksudkan menyadarkan seseorang tentang kebaikan.
Guru paling-paling dapat mengharapkan siswa (a) tahu tentang apakah benar dan salah, (b) tahu mengapa begitu, dan (c) memiliki beberapa ide tentang apa yang harus dilakukan tentang apa yang diketahui. Para guru juga dapat menguji pemahaman tentang moralitas, tetapi guru tak dapat menjamin seorang  murid yang paling baik pengetahuannya adalah paling bermoral.

Tindakan moral merupakan gerakan disengaja, diawali suatu proses kompleks di dalam jiwa dan hubungannya dengan badan. Dalam filsafat jiwa (philosophy of mind), psikologi, dan etika, kesengajaan dan kesadaran sering kali dianggap sebagai hal yang membedakan perilaku manusia dengan makhluk lainnya, dan menyebabkan perilaku tersebut sebagai obyek moral.

Nilai dan moral

Mengapa manusia melakukan tindakan yang disengaja? Ada banyak teori, yang di sini disebutkan sekadar gambaran. Teori peristiwa mental (mental event theory) menjelaskan bahwa kesengajaan terjadi karena ada peristiwa  mental  mendahului tindakan, seperti alasan, niat, keputusan, pilihan, dan konsep pemecahan. Misalnya, guru bertanya di kelas, dan saya-setelah mempertimbangkan-memutuskan untuk mengangkat tangan, kemudian melakukannya dalam kenyataan: mengangkat tangan.

Teori keagenan (the theory of agency) menyatakan: diri bergerak disebabkan “sesuatu” yang belum tentu peristiwa mental. Diri itu sendiri, menurut teori ini, adalah sebuah agen yang punya kekuatan dasar dan unik untuk memengaruhi dunia,  dan menghasilkan tindakan. Beberapa filsuf mengaitkan berbagai  penyebab kesengajaan tindakan dengan respons, tujuan, dan konteks.
Sementara para psikolog kini cenderung melihat perilaku sebatas gejala-gejala yang tampak dan teramati saja. Jiwa yang di dalamnya terdapat kesadaran dan intensionalitas tak dianggap penting karena tidak dapat diobyektivikasi. Maka, penganut behaviorisme menyimpulkan bahwa perilaku manusia hanyalah respons terhadap stimulus yang dapat dikondisikan.

Sebagaimana sifatnya, perdebatan filsafat memang tak tuntas pada kesimpulan tunggal, apalagi tentang perilaku yang melibatkan jiwa, badan, dan hubungan antara keduanya yang sejak Plato dan Aristoteles  pada sekitar abad ke-5 dan ke-4 SM telah diperdebatkan. Tuhan sendiri telah mengingatkan bahwa jiwa (roh) itu urusan-Nya, dan manusia hanya diberi sedikit pengetahuan tentang hal itu (Q.s, al-Isra: 85).  Renungan filosofi dan studi psikologi mengenalkan tiga  kandungan jiwa, yaitu kognisi, afeksi, dan kehendak, yang berkolaborasi dengan badan membentuk kesadaran dan tindakan sengaja. “Misteri” dan kompleksitas jiwa dan hubungannya dengan badan kiranya menyulitkan metode pendidikan nilai dan moral.

Berpuasa utamanya memang menyangkut badan: menahan makan, minum, dan syahwat.  Namun, nilai yang menentukan dan sasaran puasa menohok jiwa sebagai sumber baik proses kognitif maupun konatif yang memengaruhi dan menyebabkan tindakan sadar.  Proses kognitif bersangkutan dengan cara memperoleh dan mengolah pengetahuan,  seperti mencerap, mengingat, menalar, dan berpikir. Sementara proses konatif meliputi  perasaan, kehendak, dan dorongan hati.

Berpuasa mendidik penalaran dengan membangun kesadaran dan melatih kehendak agar patuh pada kesadaran. Oleh sebab itu, berpuasa tidak boleh berhenti pada ritual mekanistik fisik, dan sangat ditekankan perlunya “imanan wahtisaban”,  keyakinan dan kewaspadaan.

Metode puasa, dari sisi filsafat dan teori pendidikan, merupakan proses pembelajaran dengan mengalami (experiencial learning) atau dalam istilah John Dewey: learning by doing. Dengan melakukan puasa orang seharusnya  mencerap pengetahuan, memperoleh kesimpulan dan makna, serta pembiasaan yang jadi sikap hidupnya. Kok bisa?

Imam Al-Ghazali (450 H/1058 M-505 H/1111 M), baik dalam buku-buku filsafat maupun dalam buku-buku tasawufnya menyebutkan (Nasir Nasution, 1988: 65) bahwa struktur eksistensial manusia terdiri dari jiwa (al-nafs, al-ruh) dan badan (al-jism) yang membentuk suatu entitas dalam realitas yang disebut manusia. Menurut Al-Ghazali, dalam proses mengetahui dan proses terjadinya perbuatan manusia, badan berfungsi instrumental bagi jiwa, seperti hubungan kuda dengan penunggang kuda. Jiwalah yang memegang inisiatif yang menentukan perbuatan.

Badan, lanjut Al-Ghazali, sering kali jadi penghalang bagi jiwa untuk mencapai/menangkap hakikat, terutama hakikat diri sebagai dasar menangkap hakikat Tuhan dan kebenaran.  Ada lima situasi jiwa yang terhalang menangkap hakikat, yaitu belum sempurnanya jiwa, jiwa yang kotor karena maksiat, terlalu menurutkan keinginan badan, jiwa tertutup karena taklid, dan karena tidak berpikir logis.

Seringnya menurutkan keinginan badan akan membuat jiwa terlena pada hal-hal yang konkret dan menyenangkan sehingga daya vegetatif dan daya sensitif pada badan jadi kekuatan “liar” yang tak terkontrol oleh jiwa yang makin lemah. Dalam situasi itu, meskipun pengetahuan “akal” mampu memetakan mana yang baik dan buruk di dalam jiwa,  tetapi “kehendak” (iradat)-juga unsur jiwa- yang terdominasi tuntutan badan sering kali tak mampu memilih apa yang dikatakan “akal” baik. Sebagai ilustrasi,  banyak dokter yang tentu tahu bahwa merokok tak baik buat kesehatan, tetapi ia tetap merokok.

Tuntutan badan harus tetap ada dan terpelihara karena merupakan ekspresi kebutuhan dasar untuk sintas. Makan dan minum berguna agar tubuh tetap eksis, sementara libido perlu untuk regenerasi supaya spesies manusia tak mengalami kepunahan.
Namun, daya-daya primordial ini perlu dikelola agar tak jadi ekstremitas sebagai sumber malapetaka. Berbagai tragedi kemanusiaan dalam sejarah, di antaranya dimulai pembunuhan Habil oleh Qabil, Perang Dunia I dan II, genocide, aneksasi Amerika Serikat atas Irak, perdagangan manusia, HIV/AIDS, ataupun korupsi, jika dirunut merupakan besaran persoalan-persoalan yang bersumber dari perut dan (maaf) sedikit di bawah perut.

Berpuasa adalah cara Tuhan memelihara agar jiwa tak kalah dan “terjajah” oleh daya-daya badan dengan menguatkan jiwa dan “menjinakkan” badan melalui proses penyesuaian diri. Dalam buku-buku tasawuf yang ditulisnya  setelah menjadi sufi,  Al-Ghazali-juga sufi pada umumnya-melihat badan secara lebih negatif daripada fungsi instrumental positifnya, yaitu sebagai hambatan yang tuntutannya perlu dijauhi. Ia menekankan perlunya inisiatif dan kontrol jiwa terhadap badan dan tuntutan- tuntutannya. Untuk itu, kata, Al-Ghazali, “lapar” (al-ju’) dan pembersihan jiwa merupakan hal utama yang perlu dilakukan agar manusia mencapai kesempurnaan alias insan kamil.

Kejujuran pilar takwa 

Merasa selalu “dilihat” Tuhan adalah kesadaran utama yang menyertai orang berpuasa. Oleh sebab itu, ketika haus, lapar, dan syahwat menyergapnya di siang hari, keinginan itu tidak segera  dipenuhinya meskipun dapat dilakukan dengan bersembunyi. Kesadaran bahwa Tuhan tidak bisa dikelabui dan kehendak yang terkendali selama sebulan itu,  seyogianya jadi sikap menetap pada umat yang berpuasa, yang membuahkan perilaku jujur.

Kejujuranlah nilai  yang hendak ditanamkan dalam ibadah puasa karena kejujuran adalah pilar utama ketakwaan sehingga tak mungkin kesalehan hidup terwujud tanpa kejujuran.  “Hanya jujur saja, ya, Rasulullah?” tanya preman yang ingin tobat. “Ya, jangan berbohong,” jawab sang Nabi dalam suatu kisah. Kejujuran menuntun sang preman jadi  saleh karena setiap akan berbuat jahat ia teringat komitmen kejujurannya pada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad sendiri digelari al-amin (orang tepercaya, amanah) sebelum diangkat menjadi rasul.

 Maka, sungguh ajaib, di negeri mayoritas Muslim yang gegap- gempita berpuasa ini, ketidakjujuran justru merata di mana-mana. Apa yang salah dengan puasa kita?

sumber : http://widiyanto.com/sisi-edukasi-puasa/

Jumat, 17 Juni 2016

Besok, Menteri Agama Resmikan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

 
Besok pagi, Selasa 22 Maret 2016, sejarah baru akan ditorehkan dalam dunia pendidikan tinggi Hindu. menurut rencana Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin akan meresmikan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan di Kota Singaraja, Bali. Sebelumnya STAH Negeri Mpu Kuturan di Kota Singaraja adalah dibawah Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Perlu diketahui bahwa selama ini IHDN mempunyai tiga lokasi kampus, yakni di Bangli, Denpasar dan Singaraja,
 
Dijadwalkan dalam peresmian tersebut selain Menteri Agama akan hadir dan memberikan sambutan Gubernur Bali, Dirjen Bimas Hindu Prof. I Ketut Widnya dan Bupati Buleleng.
Peresmian akan ditandai denagn penandatanganan prasasti oleh Menteri Agama RI, Lukma Hakim Saefuddin.
 
Sebagai informasi jauh sebelum diambil alih oleh IHDN Denpasar, STAHN Empu Kuturan (sekarang) sebelumnya adalah Sekolah Pendidikan Guru Agama Hindu (PGAH) Negeri.
 
Untuk menjadi STAHN Mpu Kuturan ini, sudah melalui pembahasan yang panjang dari usulan serta rencana IHDN Singaraja berubah menjadi STAHN Mpu Kuturan Singaraja, melalui tahapan proses di Kementerian Agama RI sejak tahun 2015 lalu yang didukung oleh Ditjen Bimas Hindu, Pemkab, Gubernur Bali, PHDI, DPRD Bali, DPR dan DPD RI dari Dapil Bali serta seluruh elemen Hindu yang ada.
 
Rektor IHDN Denpasar, I Nengah Duija mengatakan bahwa perubahan status ini dilatar belakangi oleh beberapa hal. Diantaranya adalah karena jarak Denpasar dan Singaraja itu sangat jauh, jadi seolah-olah IHDN itu punya kelas jauh. Sementara alasan yang kedua melihat dari akses pemerataan, saya kira di Buleleng ini sangat representatif untuk mengelola pendidikan lebih dari satu. Sudah ada Undiksha, sekarang tinggal bentuk sekolah negeri agama.
 
Pada pembukaan awal ini STAHN Mpu Kuturan Singaraja akaan memiliki 4 Prodi sesuai persetujuan dari Kemenag RI yaitu Prodi Pendidikan Agama Hindu, Prodi Bahasa Daerah Bali, Prodi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Hindu dan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Hindu dengan total jumlah tenaga pengajar sebanyak 20 orang. Adapun target mahasiswa yang ingin dcapai setidaknya 500 mahasiswa. Hal ini didasarkan pada realita sekarang jumlah mahasiswa yang ada mencapai 300 an mahasiswa.
 
Kedepannya lokasi kampus STAHN Mpu Kuturan Singaraja rakan dibangun di wilayah Banyuning. Sebagai informasi bahwa IHDN di Buleleng memiliki dua aset yakni di Jalan Kresna, Singaraja (lokasi kampus IHDN Singaraja) dan di wilayah Banyuning yang merupakan lahan kosong. Lahan yang di Banyuning seluas sekitar dua hentare akan diserahkan secara hibah kepada STAHN Singaraja.
 
sumber : http://www.beritahindu.com/2016/03/besok-menteri-agama-resmikan-sekolah.html

Heboh Pernyataan Ahok: Ajaran Kristen itu Konyol, Kalau Islam Realistis



Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di depan para pejabat DKI di youtube yang kini beredar di media sosial membuat banyak orang terperangah. Ahok yang dikenal sebagai tipikal pejabat ceplas-ceplos itu mengatakan bahwa ajaran Kristen yang ia anut konyol.

”Saya pasti masuk sorga? Ajaran Kristen itu konyol. Kalau Islam realistis, masuk sorga masih ditimbang-timbang mana pahala mana dosa, dan tidak berani mati bakal masuk sorga,” kata Ahok tanpa beban.
“Itu konyolnya Kristen, enggak perlu bayar hutang, enggak capek-capek puasa, mati masuk sorga,” tegas Ahok. Menurut dia, orang Kristen cuma mengandalkan Yesus semua beres.

“Hanya ngandelin Yesus yang mau disalib jadi tuhan dam kalau penganutnya mati dijamin masuk sorga,” katanya tak habis pikir. ”Siapa yang ciptakan agama kayak begini?”

Anehnya, Ahok mengaku percaya saja pada ajaran agama yang tak masuk akal ini. “Dan gua hebatnya percaya ma ajaran Kristen. Gua hari ini pasti masuk surga kok jadi seneng-seneng aja kalau sudah masuk surga ngapain lagi,” katanya.

”Makanya Mau Zedong menulis agama itu racun…..Bagaimana orang mati nyanyi-nyanyi dan mati masuk sorga,” katanya.

Karena itu Ahok menganggap, “Orang kristen ajarannya agak konyol pasti masuk surga.”
Video yang berdurasi tidak lebih dari 3 menit tersebut kemudian banyak mengundang perhatian para netizen. Berbagai respon bermunculan baik positif maupun negatif.

Ahok memang kontroversial. Perjalanan karirnya sebagai pejabat dan politisi ditempuh melalui proses yang tak wajar. “Saya jadi bupati itu di tempat yang 93 persen muslim. Tahun 2005 dan Masyumi (Partai Bulan Bintang-red) yang menang, yang Kristen cuma 0,8 persen. Sekarang adik saya yang jadi bupati,” kata Ahok di balai kota DKI, Kamis (24/7/2014) menuturkan kisah perjalanan karier politiknya.
Saat maju menjadi bupati Ahok punya niat baik memajukan masyarakat. Karenanya dia maju walau kondisi masyarakat seperti itu.

“Akhirnya rakyat lebih cerdas kok. Mau ngaku-ngaku beraqidah dan berukhuwah tapi kalau korup mah orang nggak akan peduli. Bahkan setan pun akan rakyat pilih kalau sudah terlalu susah. Kamu juga ngaku-ngaku. Buktinya orang pada lari ke batu-batu atau gunung apa kalau dia sudah sakit, juga nyari-nyari dukun tuh. Itu kan syirik juga nggak boleh dalam agama kan. Kenapa orang nekat nyari setan karena dia sudah kepepet,” urai dia seperti dikutip detik.com.

“Jadi sama, rakyat kita ini cerdas. Waktu saya jadi bupati dibilangin nanti kalau ikut Ahok masuk neraka, ini kafir masuk neraka. Itu yang abangan jawabnya lebih kejam, ya sekali-sekali ikut Ahok masuk neraka masih makan daripada ikut kamu masuk surga mati kelaparan di surga,” tambah Ahok lagi dengan gurauan.
Ahok juga menyampaikan soal sosok Ustad Muhammad yang mendukungnya. Ustad itu memberikan dukungan dan kepercayaan kepada Ahok karena sejumlah hal.

“Ini cerita dari ustad yang mendukung saya ya. Islam itu akan lebih maju jika dipimpin oleh pemimpin yang bisa memenuhi kriteria yang nabi syaratkan. Sekalipun belum mendapat hidayah, karena hidayah milik Allah. Tuhan bilang apa, hidayah bukan milikmu Muhammmad tapi milikku. Kira-kira begitulah kira-kira, makanya pamannya sampai meninggal pun sampai nangis nabi pun nggak bisa memaksa dia dapat hidayah kepada pamannya, saya kira itu orang Islam ‘tanda kutip’ loh harus belajar lagi yang ekstrem yah tapi yah,” terangnya.

Ahok kemudian bercerita tentang kisah di Madinah, di mana ada orang yahudi yang berdoa di masjid. “Lalu sahabat nabi bilang, eh itu kenapa ada yang berdoa itu musuh kita kok doa di masjid, tapi nabi bilang suruh dia berdoa. Itu yang saya tahu cerita-cerita di sekolah, ada juga yang lemparin dia tai juga, lebih kurang ajar lagi, mau dipenggal ama sahabat nabi, tapi kata nabi jangan-jangan,” urai dia.
Juga soal nabi yang datang menjenguk orang non muslim yang sakit. Padahal orang non muslim itu kerap jahat kepada nabi. “Tapi pas ditanyain sama nabi, kemana dia, sahabatnya jawab sakit. Maka oleh nabi dijenguk, dapat hidayahlah dia. Makanya begitu Islam, kalau Islam yang ekstrem gimana itu, aku bingung,” katanya.

Ahok terang-terangan mengaku menjadikan para nabi umat Islam sebagai teladan. Bahkan berkali-kali Ahok menyerukan jajaran pegawai negeri sipil (PNS) dan warganya untuk meneladani sifat manusia-manusia mulia tersebut.

Seperti dilansir liputan6.com dia kerap menggunakan kisah beberapa nabi, dari Sulaiman hingga Muhammad SAW sebagai contoh. Ahok tidak malu atau segan mencontohkan beberapa sikap nabi Islam meski dia sendiri beragama Kristen.

Dia memang pernah bersekolah di sekolah Islam saat masih di Belitung Timur. Dari situlah Ahok mendapat ilmu agama Islam dan kisah-kisah perjuangan nabi yang masih diingatnya hingga kini.
Mantan Bupati Belitung Timur itu bahkan pernah berniat belajar mengaji dan membaca Alquran di sebuah masjid di kampung halamannya. Hanya saja ditolak oleh pengurus masjid. Bahkan oleh beberapa sahabat yang juga ulama sering berkelakar jika jiwa Ahok sudah Islam hanya saja belum mendapat hidayah.
Sebagai non-muslim, suami Veronica Tan itu tidak canggung atau takut menggunakan ajaran nabi dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak jarang dalam sambutannya kepada para PNS, suri tauladan ini disampaikan pula kepada bawahannya.

Rupanya, ketegasan untuk tidak menerima suap didapat dari ajaran Nabi Sulaiman. Dia ingat, Nabi Sulaiman pernah mengajarkan seorang pejabat tidak boleh menerima suap bila ingin membangun bangsa dengan baik.
“Nabi Sulaiman mengajarkan, negara akan runtuh kalau pejabatnya menerima suap. Anda kalau sampai menyuap, berarti Anda bodohya minta ampun. Lebih baik tidak jadi gubernur daripada nyuap hakim,” ucap Ahok pada sambutan penetapan CPNS bagi pegawai honorer di Blok G Balaikota, Jakarta, Selasa 25 Agustus 2015.

“Karena saya ingin membangun bangsa ini,” sambung dia.
Ayah 3 anak itu akhirnya memulai pembangunan masjid di Balaikota. Pembangunan masjid ini merupakan bagian dari renovasi gedung Blok D Balaikota dengan biaya Rp 18.838.138.000.
Hal serupa juga pernah diajarkan oleh Nabi Sulaiman. ‘Saya dapat bahasa ini dari Nabi Sulaiman. Saat itu dia berdoa kepada Tuhan begini, ‘Berikan saya hikmat dan bijaksana sehingga bisa mengadministrasi keadilan sosial’,” kata Ahok.

Sejak masuk ke Jakarta bersama Jokowi, dia ingin menghapus stigma, sulit mencari pemimpin yang jujur dan berintegritas tinggi. Kebanyakan pejabat asyik dengan posisinya dan menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi.

Berbagai cara dilakukan Ahok agar pandangan itu perlahan hilang dibenak masyarakat dan PNS.
Ahok pun memiliki tauladan sendiri untuk urusan memimpin. Mantan anggota Komisi II DPR itu memilih Baginda Rasulullah Muhammad yang jadi contoh baginya dalam memimpin Jakarta.
Menurut dia, sifat siddiq, amanah, tabligh, fathanah yang diajarkan pada saat belajar di sekolah Islam itu sangat tepat untuk diwujudkan setiap pemimpin.

“Pemimpin buktikan itu saja, orang akan lihat kamu. Lihat saja lebih banyak manfaat atau mudaratnya buat masyarakat. Kalau manfaat jalan terus walau pun harus mengorbankan jabatan saya,” ujar Ahok.
“Seperti Nabi kan, Nabi memang sudah selesai di Nabi Muhammad, tapi fungsinya harus dijalankan pemimpin, melakukan kebenaran sekalipun kita korbannya,” tutur Ahok di Balaikota, Jakarta, Senin 21 Desember 2015.

Momen Maulid Nabi Muhammad dan Natal 2015 yang hanya berselang sehari dinilai menjadi waktu penting untuk menumbuhkan lagi rasa toleransi antarumat beragama. Bagi mereka yang tempat ibadahnya berdekatan bisa menggunakan momen ini untuk menunjukkan rasa peduli dan saling mengerti satu sama lain.
Hal ini begitu disadari Ahok. Usai kunjungannya ke 4 gereja di malam Misa Natal yang juga bertepatan dengan Hari Maulid, Ahok ingat dengan pelajaran sejarah Islam yang didapatnya semasa sekolah dulu.
Selama belajar, tak ada satu pun perkataan Nabi Muhammad yang menjelek-jelekan Nabi Isa. Ini tentu berbanding terbalik dengan kondisi saat ini.

“Aku belum pernah baca Nabi Muhammad jelek-jelekin Nabi Isa. Bahkan di hari meninggal pun masih menyebut sahabat Nabi Isa. Kenapa pengikut kedua umat ini bisa bermusuhan?” ujar Ahok usai meninjau Gereja Immanuel, Jakarta Pusat pada Kamis 24 Desember 2015.

“Kamu cari coba di Alquran, kan ada beda 500 tahun antara Nabi Isa dengan Muhammad. Saya sekolah Islam, enggak pernah baca Muhammad menjelek-jelekan Nabi Isa. Jadi bagaimana bisa dua umat yang besar ini sekarang musuhan? Pasti ada salah tafsir,” pungkas Ahok. (ma).

sumber : http://www.bangsaonline.com/berita/17418/heboh-pernyataan-ahok-ajaran-kristen-itu-konyol-kalau-islam-realistis